"Nad, ngga ditemenin sama Rangga?"
"Emang Rangga kemana, Nad?"
"Itu mah Rangga kebangetan cueknya"
"Kok Rangga begitu sih Nad sikapnya?"
"Minta anter sama Rangga aja, Nad"
"Balikan aja sama Deas sih Nad"
"Jangan begitu Nad, kali aja Rangga punya alasan lain kenapa dia bersikap kaya gitu"
Nadia mendekap boneka yang berukuran sebesar badannya. Merenung. Merangkum opini-opini teman-temannya tentang Rangga. Nadia menghela nafas panjang.
Nadia masih terlalu polos. Rangga tidak pernah memberikan perhatian lebih. Jika Nadia komplain, maka Rangga menganggapnya lelucon. Tidak pernah menggubris keinginan Nadia.
"Rangga, aku dapat undangan pernikahan Minggu depan. Kita datang ya"
"Nggg... Iya deh"
Lalu sehari sebelum hari Minggu.
"Rangga, besok jadi kan?"
"Maaf Ya, aku ada janji sama teman mau main ke tempat teman. Aku buat janji sebelum ajakan kamu."
"Oh gitu.. Okey"
Sayangnya, Nadia tidak pernah menyadari sikap Rangga semakin aneh.
"Rangga, aku ada acara buka puasa bersama di rumah teman. Kamu ikut ya. Mereka pada bawa pasangan"
"Jangan dulu deh Ya, aku ga pegang uang"
"Pake punya aku dulu gak apa kan. Kaya sama siapa aja"
"Gak ah Ya. Pantang cowo pergi sama cewenya tanpa pegang uang sepeserpun"
Nadia sebenarnya lelah. Tapi ia tidak pernah menyadarinya.
"Rangga, aku mau telepon"
"Gak ah Ya. Aku gak suka telponan"
Nadia terus bersabar dengan keadaan. Mencoba berdamai. Menerima.
"Rangga, aku kangen. Besok kamu kemana?"
"Ngga kemana-kemana. Kenapa emang?"
"Gapapa"
Esoknya...
"Rangga, makan es krim yu"
"Yah jangan sekarang deh ya. Lusa aja"
Lusanya, Rangga tak sedikitpun membahas janjinya. Nadia pun hanya diam. Ia tahu betul bahwa ia lelah menagih janji.
"Rangga, seharian ini kamu gak sms aku"
"Yeah. Now you get it"
Nadi sadar betul kehadirannya tak pernah dianggap penting oleh Rangga.
"Rangga, kamu bosan ya?"
"Bosan kenapa?"
"Ya bosan. Jenuh sama aku"
Nadia mengantuk. Ia tertidur. Ia tak tahu bahwa esok pagi kenyataan menjengkelkan akan terjadi.
Pagi.
Nadia mengaktifkan handphone.
Nadia membuka pesan dari Rangga. Banyak sekali. Panjang. Kalimat-kalimat yang memuakkan untuk dicerna. Rangga tidak menemukan apa yang ia cari dalam diri Nadia. Itu saja yang Nadia tangkap dari semua pesan dari Rangga.
Bisa apa Nadia selain mengiyakan keinginan Rangga?
Nadia. Malangnya ia. Menghabiskan hati dan pikiran untuk Rangga. Tanpa ada timbal balik.
Nadia. Ketika ia terlalu lelah mencintai Rangga, maka sesungguhnya Nadia bukan untuk Rangga.